Guru profesional dipersiapkan sejak menempuh pendidikan
di perguruan
tinggi. Sadker (2009: 19) menyatakan “Education
professors want to prepare: teachers who are deeply knowledgeable about the
content of the specific subjects they will be teaching”. Pendidikan profesi mempersiapkan
guru yang berpengetahuan luas tentang isi mata pelajaran tertentu dimana
mereka akan mengajar nantinya. Artinya, seorang guru dipersiapkan dengan seksama agar menguasai
pengetahuan khusus dalam suatu bidang sehingga benar-benar ahli dalam bidang
tersebut. Lebih lanjut Trowbridge (1990: 2) menyatakan “Science
teachers should be prepared, organized and have a direction and purpose for
their teaching”.
Guru sains harus dipersiapkan, diorganisasikan dan memiliki arah serta tujuan
untuk pengajaran mereka. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa
guru sains dipersiapkan secara khusus untuk mengajar
sains, sehingga jika ada guru berijazah sarjana bukan sains tetapi mengajar sains, layak
diduga pengajaran yang yang disampaikannya dilakukan dengan
tidak baik dan tentu berimbas pada keprofesionalan sebagai guru.
Berkaitan dengan keprofesionalan, guru profesional dipersiapkan melalui
dua tahap. Pertama berkaitan dengan pemilihan dan persiapan calon guru. Kedua
berkaitan dengan peningkatan kualitas guru dalam pekerjaan. Pertama berkenaan
dengan pemilihan dan persiapan calon guru. Fase ini
umumnya dikenal dengan pra-layanan pendidikan. kedua adalah yang berkenaan dengan peningkatan guru dalam pekerjaan dikenal dengan
dalam layanan pendidikan. Artinya, guru profesional dipersiapkan jauh sebelum dia mengajar
di sekolah yaitu saat akan masuk perguruan tinggi dengan mengikuti seleksi
penerimaan mahasiswa baru pada program studi yang dipilih, berstatus sebagai mahasiswa
dengan diberikan bekal ilmu yang sesuai dengan program studi yang dipilih, dan
praktik pengalaman lapangan (PPL) sesuai dengan jurusan program studinya.
Gerberich (1949: 463-464) menyatakan “The profession must provide
suitable pre-service education...the teaching profession knows much more than
ever before in its long history about the nature and needs of the learner and
the learning process”.
Pendidikan profesi harus menyediakan pralayanan
pendidikan yang sesuai, profesi guru diharapkan memiliki pengetahuan lebih
banyak tentang sejarah panjang sifat dan kebutuhan peserta didik. Maksudnya,
seorang guru diharapkan memiliki dasar psikologis tentang
karakteristik peserta didik secara umum. Hal ini diperoleh saat menempuh pendidikan di perguruan
tinggi. Setelah pralayanan pendidikan kemudian masuk ke tahapan kedua yaitu saat
menjadi guru di sekolah.
Guru bidang studi
merupakan orang yang ahli dalam bidangnya, keahlian tersebut diperoleh saat
menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Trowbridge (1990: 1) menyatakan “The
science teacher should have a good background in science, including a broad
general knowledge in the areas of her major”. Guru sains harus memiliki latar belakang pengetahuan
sains yang baik, termasuk pengetahuan umum yang luas dibidangnya. Artinya guru
sains merupakan orang yang harus memiliki kemampuan khusus dibidang sains serta
ilmu penunjang dalam sains sehingga dapat mengajarkan sains dengan baik dan
benar berdasarkan proses dan produk sains.
Profesi
guru merupakan profesi yang kompleks dan menantang sehingga memerlukan orang
yang berkompeten dalam menjabatnya. Wiseman (2005: 2) menyatakan:
The teaching profession is
complex and chalenging. To meet these chalenges, future teacher need
experiences that will help them acquire and later refine their skills and
abilities. Your formal preparation will provide you opportunities to gain
skills and abilities related to good teaching and help you grow through
reflective analysis of what you read, learn, and experience. The reflection
encouraged in your formal teacher preparation will serve as a model for
learning throughout your teaching career.
Profesi
mengajar adalah profesi yang kompleks dan menantang. Untuk memenuhi tantangan
tersebut guru masa depan memerlukan pengalaman yang akan membantu guru dalam
memperoleh, memperbaiki keterampilan dan kemampuan mereka. Pendidikan formal
akan membantu dalam memperoleh
keterampilan dan kemampuan dalam pengajaran yang baik melalui analisis
reflektif yang didapat dengan membaca, belajar dan dari pengalaman. Refleksi
akan mendukung dalam persiapan pendidikan formal guru yang berfungsi sebagai
model pembelajaran sepanjang karir mengajar.
Latar
belakang pendidikan diharapkan berperan dalam mengatasi
masalah pendidikan. Wiseman (2005: 35) menyatakan “An
understanding of the history of education and how it connects with the present
can helps us interpret the present and perhaps helps us avoid repetition of
past mistakes”.
Pemahaman tentang sejarah pendidikan dan
bagaimana menghubungkannya dengan keadaan sekarang dapat membantu dalam
menafsirkan masalah pendidikan yang akan datang dan membantu mengatasi
pengulangan kesalahan masa lalu.
Guru
dianggap layak menjadi seorang guru ketika mampu menunjukkan kemampuannya dalam
mengajar, Gerberich (1949: 463) menyatakan “Teacher was generally considered to
be well prepared for his job when he could submit evidence of having mastered
the required subject matter himself”. Guru secara umum dianggap siap untuk melaksanakan
pekerjaan ketika mampu membuktikan keahlian yang diperlukan dalam pekerjaannya
sebagai seorang guru. Artinya, guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian
khusus, sehingga pekerjaan ini diakui saat dianggap telah memenuhi kualifikasi
yang distandarkan. Hal ini juga bermakna bahwa guru bidang studi adalah orang
yang ahli dalam bidangnya, sehingga tidak dibenarkan jika mengajar lintas
bidang studi.
Latarbelakang
pendidikan sangat berpengaruh dalam kemampuan mengajar guru, Wiseman (2005: 1)
menyatakan “What i value and believe arises
from my personal background and experiences...my background helps explain my teaching”. Apa yang saya nilai dan percaya muncul dari latar
belakang pribadi dan pengalaman...latar belakang saya membantu menjelaskan
bagaimana cara saya mengajar. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa latar
belakang pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi cara
mengajar guru. Pada dasarnya guru di didik untuk menjadi ahli dalam bidang tertentu, sehingga
apabila guru mengajar bidang yang bukan keahliannya maka sangat dimungkinkan
tidak mengajar dengan benar.
Wiseman
(2005: 2) lebih
lanjut menyatakan “Personal and professional biography
becomes a rich source of information
that helps clarify teacher’s disposition and behaviors and accounts for
some of their ability to be socialized into the world of teaching”. Biografi pribadi dan profesional menjadi sumber informasi
yang kaya dalam membantu menjelaskan disposisi, perilaku dan perhitungan dari
kemampuan guru untuk disosialisasikan dalam dunia pengajaran. Artinya bahwa latar
belakang pribadi dan profesional yang dimiliki guru dapat dijadikan sebagai
informasi yang berharga untuk kesuksesan dalam dunia pengajaran. Guru dengan ijazah
kesarjanaan yang sesuai dengan
bidang yang diajar akan lebih mudah dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar
dibandingkan dengan guru yang ijazah kesarjanaannya berbeda dengan bidang yang diajar.
Syarat utama seseorang dalam mengajar
adalah memiliki keahlian
khusus dalam hal yang diajar. National Board for Professional Teaching Standards dalam
Wiseman (2005: 10-11) menyatakan:
The document that sets forth the national standard
for teaching lists the fundamental requirements for proficient teaching as a
broad grounding in the liberal arts and science; knowledge of the subjects to
be taught, of the skills to be developed, and of curriculum and materials;
knowledge of methods for teaching and of for learner development; skills in
understanding the diverse needs of students’ and ability to employ such
knowledge in the interest of students.
Dokumen yang
menetapkan standar nasional untuk mengajar mencantumkan persyaratan mendasar
agar ahli dalam mengajar sebagai landasan yang luas dalam seni liberal dan ilmu
pengetahuan, pengetahuan tentang mata
pelajaran yang akan diajarkan, keterampilan untuk dikembangkan, kurikulum dan
bahan, pengetahuan tentang metode mengajar untuk pengembangan peserta didik,
keterampilan dalam memahami berbagai kebutuhan peserta didik dan kemampuan
untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk kepentingan peserta didik. Artinya
seorang guru harus memiliki keahlian yang mendalam dalam bidang yang diajarnya
meliputi pengetahuan tentang mata pelajaran yang akan diajar, kurikulum,
keterampilan memahami peserta didik, kebutuhan peserta didik, dan menggunakan
semua keahlian tersebut untuk kepentingan peserta didik.
Sekolah
pada dasarnya merupakan tempat orang tua menitipkan
anaknya untuk mencari ilmu dengan asumsi bahwa guru yang mengajar di sekolah
tersebut merupakan guru yang berkompeten. Berkaitan dengan hal tersebut Wiseman
(2005: 10) menyatakan “Schools are mandated to assure
parents that students are taught by teachers who are highly qualified and are
knowledgeable in the subject area they teach”. Sekolah diberi
mandat untuk meyakinkan orang tua bahwa peserta didik diajar oleh guru yang
berkualitas dan memiliki pengetahuan di
area subyek yang mereka ajarkan. Hal ini berarti bahwa sekolah harus
membuktikan bahwa guru pengajar yang mereka miliki memang ahli dalam bidang
yang diajarnya sehingga orang tua dapat mempercayakan anaknya untuk belajar di
sekolahnya. Untuk membuktikan hal tersebut, tentunya diperlukan guru yang
memiliki ijazah sarjana yang sesuai dengan bidang yang diajarnya, bukan guru yang mengajar lintas
disiplin ilmu.
Guru sains
merupakan guru yang memiliki kemampuan yang luas dan mendalam dalam bidang
sains sehingga harus memiliki latar belakang pendidikan sains yang baik.
Trowbridge (1990: 15) menyatakan:
Science teacher have some of the attributes
essential for science teaching: understanding science, understanding students,
organizing materials for science instruction, personalizing your interaction
with students, recognizing personal meaning as a part of learning, and very
importantly realizing your own role as decision maker in the science classroom.
Guru sains memiliki
beberapa atribut yang penting dalam pengajaran sains yaitu pemahaman mengenai
sains, pemahaman terhadap peserta didik, pengorganisasian materi untuk
pengajaran sains, interaksi personalisasi dengan peserta didik, mengenali makna
pribadi sebagai bagian pembelajaran, dan menyadari peran pentingnya sebagai
pengajar di kelas sains. Artinya guru sains haruslah orang yang memiliki
pengetahuan mendalam terhadap materi sains dan dapat mengajarkan sains kepada peserta
didik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Untuk dapat
melaksanakannya tentu diperlukan keahlian yang khusus yang diperoleh dari
pendidikan bidang sains sehingga sangat wajar jika guru yang mengajar sains
bukan berijazah
sarjana sains diragukan
kemampuan mengajar sainsnya.
Berkaitan dengan
perilaku mengajar guru yang baik, National Board for Professional Teaching Standards dalam Sadker (2009: 15) menyatakan “Determining
what skills and behaviors identify truly excellent teachers in five criteria:
mastery of subject area, commitment to
students, ability to effectively manage a classroom, continous analysis of
teaching performance, and commitment to learning and self improvement”.
Lima kriteria yang dapat
diidentifikasi dari keterampilan dan perilaku guru yang sangat baik yaitu
penguasaan terhadap mata pelajaran yang diajar, komitmen terhadap peserta didik,
kemampuan mengelola kelas, analisis secara berkelanjutan terhadap kinerja
mengajar, dan komitmen untuk terus belajar dan memperbaiki diri dari kekurangan
dalam mengajar. Dari kelima kriteria tersebut jelas sekali bahwa kemampuan
dalam penguasaan terhadap materi terdapat pada nomor pertama, hal ini
mengindikasikan bahwa syarat utama guru dalam mengajar adalah memiliki
kemampuan yang baik dalam penguasaan materi, hal ini hanya dapat terpenuhi dengan syarat guru harus memiliki ijazah
sarjana yang sesuai dengan
bidang yang yang diajarnya.
Muhammad Syamsuri M.Pd
Guru SMPN 4 Kintap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar